picture by flickr.com |
Suasana kerja yang nyaman merupakan harapan dari setiap
karyawan dimanapun mereka bekerja. Kenyamanan dalam bekerja menjadi tanggung
jawab bersama setiap unsur-unsur yang ada di perusahaan, mulai dari tingkat
pimpinan sampai karyawan level bawah. Karena, suasana kerja sangat berpengaruh
pada pencapaian hasil kerja dan produktivitas kerja.
Salah satu yang mempengaruhi suasana kerja adalah
karyawan-karyawan itu sendiri. Karyawan-karyawan yang baik, akan berpengaruh
baik pada suasana kerja. Namun berlaku juga hal yang sebaliknya.
Karyawan merupakan faktor yang sangat vital dalam
perusahaan. Karena merekalah yang menggerakan perusahaan sehingga menghasilkan
produk barang dan jasa yang menghasilkab profit bagi perusahaan. Untuk itu,
perusahaan harus benar-benar selektif dalam melakukan recruitment agar
memastikan mereka yang diterima sebagai karyawan adalah orang-orang yang tidak
bermasalah, dan perusahaan juga harus cepat tanggap jika ternyata ditemukan
karyawan yang terindikasi sebagai karyawan bermasalah. Karena satu orang saja
karyawan bermasalah, akan mempengaruhi satu bagian, satu divisi, bahkan satu perusahaan.
Dalam dunia kerja, karyawan yang berprilaku dan membawa
pengaruh negative terhadap lingkungan tempat dia bekerja biasa disebut sebagai “Karyawan
Beracun” (Toxic Employee).
Sebenarnya tidak sulit untuk mengenali karyawan beracun.
Karyawan beracun dapat dikenali dengan ciri-ciri sebagai berikut :
- Selalu berpikiran negatif (negaholic), lantas pesimistis. Saat ada diskusi internal, yang diutarakan hanyalah ide-ide negatif. Parahnya, sifat ini berpotensi menjegal gagasan-gagasan tentang masa depan dengan beribu alasan.
- Sulit bekerja dalam tim. Jika bergabung, energi tim akan terbuang untuk mengurusi si racun, daripada bekerja (energy sucker).
- Pembawa masalah. Alih-alih memberi solusi, karyawan tipe ini justru menghambat segala jalan menuju perbaikan.
- Mereka kadang kala kritis, namun jarang bisa memunculkan ide-ide perbaikan. Cenderung egoistis. Saat rapat, ia hanya melontarkan ide-ide yang menguntungkan buat dirinya sendiri.
- Cenderung emosional. Ia sering meledak-ledak tak terkontrol.
- Suka bergosip dan menyebarkan isu-isu negatif.
- Kalau mereka tersenyum & tertawa, senyum mereka bisa sangat menyakitkan hati karena ditujukan kepada kesalahan / kekeliruan yang dilakukan oleh orang lain. Tapi secara umum mereka jarang sekali tersenyum & tertawa.
- Gemar menjatuhkan kawan satu perusahaan tempat ia bekerja, membully, dan melakukan hal-hal buruk lainnya.
- Tidak pernah bersyukur dengan apa yang didapat dari perusahaan tempat ia bekerja.
Sebenarnya prilaku “Karyawan Beracun” tidak hanya
dipengaruhi oleh faktor individu, melainkan juga faktor-faktor lain di pekerjaan
yang menjadikan seorang karyawan berprilaku menjadi “Karyawan Beracun”, seperti ;
- Ditempatkan pada posisi yang tidak tepat, tidak sesuai dengan skill dan minat.
- Kurang mampu menyesuaikan diri dengan pekerjaan.
- Kurang mendapatkan perhatian dari atasan.
- Merasa prestasi dan hasil kerjanya kurang dihargai
Menurut hasil penelitian “Boston Consulting Group”, bahwa
“Karyawan Beracun” adalah karyawan yang sebenarnya berpotensi, namun memiliki
kinerja yang rendah. Untuk itu perlu dilakukan langkah-langkah dan tindakan
agar pengaruhnya tidak menyebar, juga pembinaan agar “Karyawan Beracun” berubah menjadi karyawan yang berprilaku
baik. langkah-langkah dan tindakan yang perlu dilakukan dalam menghadapi “Karyawan
Beracun” antara lain :
- Berikan peringatan secara tegas manakala si karyawan melakukan tindakan atau prilaku yang negatif.
- Batasi ruang geraknya, jika perlu lakukan mutasi. Tujuannya untuk menenangkan si karyawan dan membatasi pengaruhnya terhadap karyawan lain.
- Lakukan komunikasi secara intensif, untuk mengetahui apa sebenarnya yang menjadi masalah dan keinginan dari karyawan tersebut.
- Pahami apa yang sebenarnya mereka takutkan dan khawatirkan di lingkungan kerja.
- Pahami sudut pandang si karyawan dalam menyikapi setiap permasalahan yang terjadi di tempat kerja.
- Berikan motivasi secara positif, yakinkan bahwa dia bisa berubah.
- Berikan kesempatan pada si karyawan untuk berubah.
- Langkah terakhir, jika segala upaya persuasif telah dilakukan dan si karyawan beracun tidak juga menunjukan perubahan, lebih baik perusahaan melepaskan satu atau beberapa “Karyawan Beracun” dari pada menanggung resiko yang berdampak buruk untuk satu perusahaan.
Pencegahan dini bisa dilakukan untuk menghindari adanya “Karyawan
Beracun” di tempat kerja yaitu :
- Selektif dalam melakukan recruitment, pastikan perusahaan bukan mengutamakan skill dan kecerdasan dalam menerima karyawan tetapi attitude.
- Komitmen dari yang bersangkutan saat diteima penjadi karyawan bahwa dia sanggup untuk bekerja sama dengan team dan mentaati norma-norma serta aturan kerja dan perusahaan.
- Tempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat (The right man on the right place).
- Lakukan evaluasi dan monitoring pekerjaan secara berkala.
- Setiap atasan harus meluangkan waktu untuk melakukan komunikasi secara intensif dengan bawahannya, bukan hanya membahas hal-hal urusan pekerjaan, tetapi juga hal-hal yang berkaitan dengan si karyawan.
- Berikan benefit dan penghargaan sesuai dengan prestasi kerjanya.
Sumber :